Sabtu, 27 Juli 2013

RAHASIA ADITYA
Karya Tedi Fitra
Aditya merebahkan dirinya di kasur. Ia terlihat sangat lelah setelah pulang kerja. Aditya bekerja di sebuah perusahaan ternama di Semarang. Rumahnya yang bak istana itu seperti tanpa penghuni. Orangtuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Hanya adiknya, Rani yang menemaninya. Rani saja selalu membawa pacarnya, yang bernama Helmi ke rumah. Meskipun Aditnya usianya jauh diatas Rani, tetapi hingga saat ini belum mempunyai pacar. Entah lah apa sebabya.
“Kak Adit… Kak Adit…” Rani berteriak manja memanggil kakaknya.
“Apaan sih Ran? Kalo nggak pakek teriak-teriak nggak bisa ya??” Jawab Aditya sewot.
“Aku pinjem mobilnya ya kak. Aku mau jalan-jalan dulu sama si Helmi” Rani merayu kakaknya.
“Ah kamu itu, tiap hari kerjaannya pacaran terus. Kapan lulusnya kalo kamu gini terus. Ya udah sana ambil kuncinya diatas lemari.” Jawab Aditya.
“Makasih kak Adit, nanti aku bawain makan deh kak.” Rani terlihat ceria. 
Begitulah Rani tiap harinya. Pulang dari kuliah selalu membawa Helmi ke rumah. Setelah istirahat, Rani selalu saja meminjam mobil Aditya untuk pergi berdua dengan Helmi. Berbeda dengan Aditya. Kakaknya itu justru pendiam, bahkan jarang membawa temannya ke rumah apalagi pacar. Kalo Rani lebih senang berkumpul dengan teman-temannya dan jarang di rumah, Aditya malah jarang berkumpul dengan teman-temannya. Aditya lebih senang, setelah kerja langsung pulang ke rumah. Padahal teman-temannya, sering mengajak Aditya kumpul tetapi dia tidak pernah mau. Teman-temannya memandang Aditya aneh. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan.
***

HP Aditya berdering, menyadarkan lamunannya.
“Halo, Dit. Kamu nggak berangkat kerja? Biasanya jam delapan tepat kamu udah duduk depan komputer. Nah ini udah jam sepuluh kurang lima kok belum keliatan dari tadi.” Kata si Bayu, sahabat Aditya dengan nada setengah meledek.
“Aku lagi nggak enak badan nih, nggak bisa berangkat kantor.” Jawab Aditya lemas dan asal.
“Eh kamu kenapa sih Dit. Nggak biasanya deh. Kamu kan kalau pun lagi sakit biasanya tetep aja berangkat kerja.” Bayu tiba-tiba serius bertanya pada Aditya. Ia merasa ada yang aneh sama sahabatnya yang satu itu. Meskipun pendiam dan tidak pintar bergaul seperti adiknya, tetapi nggak biasanya Aditya malas berangkat ke kantor.
***

Seminggu telah berlalu, namun Aditya tidak pernah terlihat dikantornya. Teman-teman sekantornya pun makin banyak yang membicarakan Aditya.
“Aditya makin hari makin aneh ya.” Kata Rudi.
“Iya, udah jarang ngomong kalo dikantor, nggak pernah mau ikutan maen sama kita, eh sekarang ditambah lagi tiba-tiba ngilang gitu aja.” Sambung Lani.
“Nggak ngasih kabar lagi. Padahal dia tuh meskipun pendiam, tp paling rajin diantara kita.” Sela Ani tiba-tiba ditengah pembicaraan Rudi dan Lani.
***

Rani menonton tv malam itu. Lebih tepatnya melamun, karena meskipun tv menyala didepannya ia hanya menatap dengan pandangan kosong. Lama kelamaan tanpa disadari ia meneteskan air mata. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya, menggugah lamunannya. Rani langsung bergegas dan membukakan pintu.
“Mas Bayu!” Rani mengerutkan kening. Matanya melihat ke sekitar, tapi tidak ada orang lain selain Bayu. Bayu datang sendirian ke rumahnya.
“Ran, kenapa mata kamu merah? Oh iya, Aditya mana? Udah seminggu ini nggak berangkat kantor. Apa dia sakit? Atau nyusul orangtuanya ke luar kota?” Tanya Bayu buru-buru ingin mengetahui keadaan Aditnya.”
“Kak Aditya nggak berangkat kantor seminggu? Lho aku kirain malah lagi lembur dikantor, atau nginep di rumah mas Bayu. Ya soalnya udah seminggu ini nggak pulang rumah juga.” Rani jadi makin bingung.
“Jadi..dia udah seminggu nggak pulang ke rumah juga Ran? Ada apa dia sebenernya?” Bayu juga jadi semakin bingung.”
“Biasanya kan kalo kak Aditya nggak pulang, nginep di rumah mas Bayu jadi aku nggak perlu kawatir. Aku malah lagi mikirin Helmi, dia udah seminggu ini nggak ngabarin aku. Di kampus nggak pernah keliatan, aku telepon juga nggak aktif HP nya.” Rani menjelaskan dengan nada yang lemas.
“Tunggu..tunggu Ran.. Tadi kamu bilang Helmi udah seminggu ini nggak ada kabarnya? Aditya juga menghilang selama seminggu ini. Apa ini ada kaitannya?” Bayu tercengang.
“Hah? Iya juga ya mas. Eh tapi..nggak mungkin ah mas. Kak Aditya kan nggak deket sama Helmi jadi nggak mungkin mereka berdua ada urusan bareng. Kalo ketemu di rumah aja nggak pernah ngomong. Kak Aditya selalu di kamar terus, asyik sama pekerjaannya.” Rani menjelaskan.
“Iya juga ya Ran. Aditya emang nggak bisa bergaul sama banyak orang. Seperti ada yang dipendam. Itu juga yang bikin dia nggak punya cewek sampek sekarang. Ya udah kalo gitu gimana kalo kita Aditya malam ini.” Ajak Bayu
“Ayo mas.” Kata Rani sambil mengambil jaket yang tergeletak di kursi, mengunci pintu rumah, dan langsung bergegas menuju mobil Bayu.
***

Malam semakin larut. Mobil melintasi perkotaan. Lampu-lampu yang menghiasi kota membuat kota menjadi semakin indah. Mereka belum juga menemukan Aditya. Mobil Bayu terus melaju hingga tiba disebuah penginapan karena malam semakin larut.
“Ran, itu ada penginapan. Aku ngantuk Ran. Percuma kita udah muter-muter dari tadi tapi nggak menemukan Aditya. Kalo kita istirahat dulu gimana? Besok pagi-pagi kita lanjut lagi nyari mereka.” Kata Bayu sambil memarkir mobilnya di samping penginapan itu.
“Aku juga ngantuk sih mas. Kayaknya nggak nyaman juga kalo tidur di mobil. Udah dari tadi kak Aditya nggak ketemu-ketemu, yang ada malah badanku jadi sakit semua.” Rani langsung turun dari mobil dan langsung masuk ke penginapan itu.

Rani memandang sekeliling penginapan itu. Penginapan itu tidak terkesan mewah, tetapi sangat bersih sehingga enak untuk dilihat. Tiba-tiba pandangan Rani tertuju pada sesuatu yang tidak asing baginya. Rani mengerutkan kening, antara percaya dan tidak. Ia pelan-pelan melangkah mendekat pada sesuatu itu. Ia melihat ada seseorang yang dikenalinya. Bayu yang dari tadi disamping Rani pun, tak dihiraukannya. Ia mengikuti orang itu dari belakang. Orang itu ternyata masuk ke salah satu kamar. Rani makin penasaran. Setelah beberapa menit Rani berdiam didekat pintu kamar tersebut, Rani pun memberanikan diri untuk membuka kamar itu.
“Eh…Ran, ngapain kamu buka kamar orang. Kamar yang buat bermalam kita disebelah sana tuh.” Kata Bayu sambil memegang tangan Rani yang seakan sudah siap membuka kamar itu.
Namun Rani tak mempedulikan kata Bayu. Ia tetap saja nekat membuka kamar itu. “Kak Adit? Helmi? Kalian…” Rani tercengang melihat keduanya berada dikasur dan sambil berpelukan.

Bayu yang berada disamping Rani pun terpaku. Rani sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Helmi dan Aditya spontan melepaskan dari pelukan itu dan mengambil kemeja yang ada disebelah mereka.
“Sory Ran..Aku nggak bermaksud untuk seperti ini..Aku bisa jelaskan semuanya.” Kata Helmi terbata-bata.
“Iya Ran..Maaf ya..Bukan berarti kita menyakitimu.” Sela Aditya.
“Cukup. Nggak ada yang perlu kalian jelaskan lagi. Kamu adalah kakakku Kak Adit, aku nggak tau harus membencimu atau tidak. Tapi yang jelas perasaanku sakit sekali, dan kamu Helmi lebih baik kita putus. Aku nggak mau punya cowok homo kayak kamu!” Rani meluapkan kemarahannya sambil terisak-isak menahan tangis.
“Maafin aku Ran..Aku pacaran sama kamu, tujuannya ya biar aku bisa ketemu Aditya tiap hari dan nggak ada yang curiga sama hubungan ini.” Bayu menjelaskan dengan nada yang sangat halus.
“Maaf Dit, berarti selama ini kamu homo?” Kata Bayu sangat hati-hati.
“Iya Bay. Mungkin itu yang belum kamu tau. Emang aku sengaja menyembunyikan hal ini karena aku tau kalo aku nggak normal seperti layaknya laki-laki. Aku nggak bisa mencintai wanita. Aku sudah pernah berusaha untuk mencintai wanita tapi tetap nggak bisa. Itu lah kenapa aku sampai sekarang belum punya pacar apa lagi calon istri. Kamu selalu bertanya kan, kenapa aku nggak pernah mau kumpul sama teman-teman kantor. Jawaban sesungguhnya adalah karena aku malu, mereka semua normal Bay, termasuk kamu. Jadi sekarang kamu udah tau semuanya kan.” Cerita Aditya pada Bayu
“Ayo mas Bayu kita pulang. Sudah cukup penjelasan dari mereka. Aku mau ikut mama papa aja. Aku pengen menenangkan hati dulu.” Rani dengan cepat menarik tangan Bayu dan langsung bergegas menuju mobil Bayu.

1 komentar:

Posting Komentar